Selamat pagi sahabat blogger saya dan selamat beraktivitas kembali setelah libur perayaan Hari Raya Natal. Pagi ini, saya ingin berbagi sebuah kisah (masih dari buku '100 Renungan Sepanjang Masa'), sebuah artikel yang sangat menarik mengenai "Cinta dan Perkawinan", jadi kalau sahabat-sahabat ingin melihat ilustrasi seperti apa itu 'cinta' dan 'perkawinan', silahkan disimak.....
Cerita Plato tentang Cinta dan Perkawinan
Suatu hari,
Plato bertanya kepada gurunya (Socrates), "Apa itu cinta? Bagaimana saya
bisa menemukannya?" Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di
depan sana. Berjalanlah, tetapi jangan mundur kembali, kemudian ambillah satu
buah ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan,
artinya kamu telah menemukan cinta."
Plato
kemudian berjalan, tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan tangan kosong
tanpa membawa apa pun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satu
ranting pun?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja dan
saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah
menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih
menakjubkan lagi di depan sana, jadi ranting tersebut tidak ku ambil. Setelah
aku melanjutkan perjalanan, baru aku sadar bahwa ranting-ranting yang aku
temukan kemudian tidak sebagus ranting yang tadi, jadi akhirnya tak sebatang
ranting pun yang ku ambil." Gurunya menjawab, "Itulah yang dimaksud
dengan cinta."
Beberapa
hari kemudian, Plato kembali bertanya kepada gurunya, "Apa itu perkawinan?
Bagaimana saya bisa menemukannya?"
Gurunya
menjawab, "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh
mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Jika
kamu menemukan pohon yang paling tinggi, tebanglah. Dengan begitu artinya kamu
telah menemukan apa itu perkawinan."
Plato
kemudian berjalan dan tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan membawa
sebuah pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang tinggi. Pohon itu biasa-biasa
saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti
itu?"
Plato
menjawab, "Berdasarkan pengalamanku sebelumnya setelah menjelajah hampir
setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi pada kesempatan
ini, aku lihat pohon ini dan kurasa tidak terlalu buruk. Jadi kuputuskan untuk
menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk
mendapatkannya. Gurunya menjawab, "Itulah yang dimaksud dengan
perkawinan."
Catatan kecil :
Cinta itu
semakin dicari, semakin tidak ditemukan. Cinta adanya didalam lubuk hati,
ketika kita dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan
dan keinginan berlebihan akan cinta, maka yang di dapat adalah kehampaan. Tak
ada satu pun yang didapat serta tidak dapat dumundurkan kembali. Waktu dan masa
tidak dapat diputar mundur. Terima cinta apa adanya.
Perkawinan
adalah kelanjutan dari cinta. Perkawinan merupakan proses mendapatkan
kesempatan. Ketika kau mencari yang terbaik di antara pilihan yang ada, maka
kau akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin
kau dapat, maka sia-sialah waktumu untuk mendapatkan perkawinan itu. Karena
kesempurnaan itu hampa adanya.
***Anonim***