Monday, December 19, 2011

Rumah Keberuntungan




Hatiku yang gundah mengucapkan selamat jalan dan pergi meninggalkan rumah keberuntungan.

Ketika dia tiba di kota suci di mana sang jiwa dirahmati dan disembahi, dia mulai bertanya-tanya, sebab dia tidak memperoleh apa yang dia bayangkan berada di sanna. Tidak ada kekuasaan, harta, dan otoritas. Dan hatiku pun berkata kepada sang putri cinta, menjelaskan,

"Wahai sang pencinta, di manakah aku bisa memperoleh ketenangan hati? aku dengar diia telah datang bergabung denganmu di sini."

Dan sang putri cinta menjawab, "Ketenangan hati telah pergi menasehati pengikutnya, di mana ketamakan dan korupsi menjadi prioritas. Kita tidak membutuhkannya."

Keberuntungan tidak butuh ketenangan hati, sebab ia adalah harapan duniawi, dan hasratnya dipeluk oleh penyatuan dengan objek. Sementara ketenangan hati itu sia-sia namun sepenuh hati.

Jiwa yang abadi tidak pernah terisi, ia hanya mencari kemuliaan.

Kemudian hatiku memandang pada Sang Hidup Keindahan dan berkata,
"Kauhiasi semua pengetahuan dan mencerahkan diriku, tak ubahnya misteri seorang wanita."

Maka dia berkata, menerangkan
"Wahai hati manusia, wanita itu adalah refleksi dirimu, dan apa pun engkau, di mana pun kau hidup, dia hidup. Dia laksana agama jika tidak ditafsirkan oleh orang dungu, bagaikan bulan saat benderang, dan laksana angin sepoi-sepoi andai tidak diracuni oleh polusi."

Dan hatiku beranjak menuju Sang Ilmu, anak putri cinta, dan Keindahan, dan berkata,
"Limpahkan padaku kearifan, yang barangkali aku dapat menyebarkannya kepada manusia."

Dia pun berkata,
"Jangan katakan kearifan tapi cukup katakan saja keberuntungan. Sebab keberuntungan yang nyata tidaklah berasal dari luar, tapi bermula dari kesucian hidup. Sebarkanlah ia kepada manusia!"

Kahlil Gibran - Song of the soul

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan goresan kamu disini, keep in touch...^_^