Tuesday, December 27, 2011

Cerita Plato tentang Cinta dan Perkawinan

Selamat pagi sahabat blogger saya dan selamat beraktivitas kembali setelah libur perayaan Hari Raya Natal. Pagi ini, saya ingin berbagi sebuah kisah (masih dari buku '100 Renungan Sepanjang Masa'), sebuah artikel yang sangat menarik mengenai "Cinta dan Perkawinan", jadi kalau sahabat-sahabat ingin melihat ilustrasi seperti apa itu 'cinta' dan 'perkawinan', silahkan disimak.....


Cerita Plato tentang Cinta dan Perkawinan
Suatu hari, Plato bertanya kepada gurunya (Socrates), "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?" Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah, tetapi jangan mundur kembali, kemudian ambillah satu buah ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta."

Plato kemudian berjalan, tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan tangan kosong tanpa membawa apa pun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satu ranting pun?" Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tidak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi ranting tersebut tidak ku ambil. Setelah aku melanjutkan perjalanan, baru aku sadar bahwa ranting-ranting yang aku temukan kemudian tidak sebagus ranting yang tadi, jadi akhirnya tak sebatang ranting pun yang ku ambil." Gurunya menjawab, "Itulah yang dimaksud dengan cinta."

Beberapa hari kemudian, Plato kembali bertanya kepada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?"

Gurunya menjawab, "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, tebanglah. Dengan begitu artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan."

Plato kemudian berjalan dan tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan membawa sebuah pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato menjawab, "Berdasarkan pengalamanku sebelumnya setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi pada kesempatan ini, aku lihat pohon ini dan kurasa tidak terlalu buruk. Jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya. Gurunya menjawab, "Itulah yang dimaksud dengan perkawinan."

Catatan kecil :

Cinta itu semakin dicari, semakin tidak ditemukan. Cinta adanya didalam lubuk hati, ketika kita dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika pengharapan dan keinginan berlebihan akan cinta, maka yang di dapat adalah kehampaan. Tak ada satu pun yang didapat serta tidak dapat dumundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur. Terima cinta apa adanya.

Perkawinan adalah kelanjutan dari cinta. Perkawinan merupakan proses mendapatkan kesempatan. Ketika kau mencari yang terbaik di antara pilihan yang ada, maka kau akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. Ketika kesempurnaan ingin kau dapat, maka sia-sialah waktumu untuk mendapatkan perkawinan itu. Karena kesempurnaan itu hampa adanya.

***Anonim***

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan goresan kamu disini, keep in touch...^_^